Pertanian di Jalur Gaza Hadapi Pengawasan Militer dan Herbisida Israel

From Open Source Bridge
Revision as of 07:19, 15 June 2021 by Lotionthomas2 (talk | contribs)
Jump to: navigation, search

SariAgri - Jalur Gaza menjadi salah salah lokasi yang dikuasai kelompok Hamas, yang membalas serangan Israel. Jalur Gaza merupakan tempat terpadat di dunia.
Penduduk Jalur Gaza berada dalam kemiskinan dan bergantung pada bantuan kemanusiaan dari luar negeri.
Dikutip dari Britannica, penduduk Jalur Gaza juga mengandalkan lahan pertanian. Tanaman utama di Jalur Gaza yaitu jeruk.
Tanaman itu diekspor ke Eropa dan pasar lain di bawah pengaturan dengan Israel. Selain jeruk, tanaman yang ada yaitu gandum, dan zaitun.
Tapi, menurut Badan Organisasi Pangan Dunia (FAO) ada sejumlah masalah yang harus dihadapi pertanian di Jalur Gaza. Media Pertanian Indonesia Salah satunya sumber air.
FAO menyebut akuifer tercermar dan salinitas air tanah yang tinggi menyebabkan kinerja buruk bagi tanaman untuk beberapa sayuran. Salah satu solusi untuk budi daya tanaman di Jalur Gaza yaitu hidroponik.
FAO yang membangun proyek percontohan hidroponik di Jalur Gaza menyebut terjadi perubahan yang signifikan. Hasil pendapatan tahunan pertanian hidroponik di Jalur Gaza disebut sembilan kali lebih menguntungkan dibanding metode konvensional.
Empat percobaan eksperimental juga dilakukan Universitas Al Azhar. Hasil uji coba ini menunjukkan bahwa selada hidroponik berteknologi rendah mengungguli teknik konvensional berbasis tanah dalam hal hasil.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sayuran berbuah besar dengan kebutuhan nutrisi yang lebih kompleks (seperti tomat) secara teknis layak dilakukan dengan menggunakan sistem hidroponik berteknologi rendah.
Sementara itu, dilaporkan Reuters, pada Februari 2020, sebanyak 600 petani asal Palestina mulai bercocok tanam di area seluas 1.012 hektare dekat perbatasan Jalur Gaza dengan pengawasan Komite Palang Merah Internasional.
Ladang itu diharus dibajak, dipupuk, ditaburi gandum sebagai bagian dari upaya menningkatkan kesejahteraan warga.
“Kami mempertaruhkan nyawa tiap memasuki ladang,” kata Serhey Abu Mandeel, mencatat lahannya berdekatan dengan batas Israel yang diawasi ketat militer.
Selain pengawasan militer, petani Palestina juga menghadapi tantangan herbisida yang terbawa angin ke lahan mereka.
Para petani mengatakan herbisida telah mematikan tanaman mereka. Kementerian Pertanian Gaza memperkirakan kerugian mereka $ 1,25 juta sejak Desember 2019.
Video terkait: